Apa
Kabar Cinta ?
Assalamu’alaikum
(cinta),
Sudah
berapa lama kita tidak saling bersua ?
Satu
bulan..
Dua bulan..
Tiga bulan..
Empat bulan..
Atau bahkan satu dekade..
Ada
banyak kisah saat tak Aku hadirkan
cinta-Mu. Tentu saja, bukan melulu tentang cintaku dengannya, dia atau pun
mereka yang semakin memudar. Aku belajar mendewasa. Seperti Aku tahu, cinta-Mu
bukan sebuah cinta merah merona dengan senyum malu-malu, tangan berkeringat,
dan degupan jantung serupa desing peluru saat harus kembali merasa. Begitu
banyak memori Aku acuhkan begitu saja tanpa kehadiran cinta-Mu.
Seringkali
cinta-Mu Aku acuhkan begitu saja. Menghabiskan waktu hanya sekedar bercerita.
Bukan. Bukan saling bercerita seperti seharusnya, karena cinta-Mu selalu
mendengar keluh kesahku. Mengusap air mataku. Berbeda denganku yang seringkali
Aku acuhkan seruan-Mu. Tak hiraukan kewajibanku. Aku berceloteh tentang banyak
hal; mimpiku, kekesalanku, bahkan orang-orang sekitar yang membuatku menangis.
Saat ini Aku berbicara rindu. Rindu akan
cinta-Mu disetiap langkahku.
Memilin
biji tasbih. Bibir berlumur tasbih dan tahmid itu selalu Engkau rindukan dari
ummat-Mu. Namun semua itu tak begitu Aku hiraukan. Tidak nampak sebuah kegiatan
tilawah dijadwal harianku. Sungguh Aku tak dapat mengerti, mengapa Aku dengan
tenang mengabaikan cinta dan kasih-Mu. Tidak merasakan kehadiran-Mu dengan
cinta yang begitu tulus. Telah banyak kenikmatan dan kasih sayang-Mu yang Aku
dustakan. Hingga tiba saatnya Aku menanti adzal disetiap senja. Disetiap
spektrum yang terpendar dalam setiap sela ruangan. Membentuk sejuta warna hati
yang gelisah. Dirundung cemas. Dipagut rindu yang kian menderu. Seperti pelangi,
cinta-Mu memiliki banyak warna yang indah. Maka jika engkau tanyakan bagaimana
rasa cinta-Nya? Jawabannya tentu berbeda-beda. Karena ada banyak rasa disana.
Senang, bahagia, rindu, semangat, ikhlas dan warna-warni lainnya yang begitu
menghiasi cinta. Cinta-Mu ibarat
oksigen, tak nampak namun menjadi sumber kehidupan. Cinta-Mu ibarat air, menyejukan
dahaga sang musafir.
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan
engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan memohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha
Penerima Tobat”. (QS. An-Nasr: 1-3)
Orang
yang hatinya sedang dipenuhi rasa cinta akan melakukakan hal-hal besar yang
tidak biasa. Seperti Bilal yang pasrah ditindih batu besar di padang gersang.
Demi cintanya kepada Allah. Seperti Kholid Bin Walid yang memilih berjihad
dalam perang dibandingkan malam pertama dengan istrinya. Seperti Abu Bakar yang
rela memberikan semua hartanya untuk berjihad dijalan Allah. Mereka mengukir
sejarah dengan tinta cinta kepada Allah SWT. Lantas apa yang telah kita lakukan
untuk membuktikan cinta kita kepada-Nya? Apakah dengan keluh kesah yang selalu
diceritakan kepada-Nya? Memohon kepada-Nya untuk mengabulkan semua impian tanpa
mensyukurinya ?
Angket
berupa beberapa pertanyaan mengenai hakikat cinta diajukan dengan sample lima
puluh, membuktikan bahwa 62% siswa tingkat SMA di wilayah Ciparay memiliki mind
set bahwa cinta adalah sebuah romantisme diantara dua insan. Sungguh hasil yang
cukup mengecewakan. Sebuah kondisi yang akan berdampak buruk bagi masa depan
ummat Islam karena mereka tidak begitu paham mengenai tauhid. Lantas bagaimana
dengan cinta dan kasih sayang yang telah Allah limpahkan terhadap seluruh
ummat-Nya?
Banyak
hal yang telah kita dustakan. Begitu banyak kenikmatan yang telah dilimpahkan
oleh-Nya tanpa kita syukuri. Lantas apa sesungguhnya yang kita harapkan dengan
hadir-Nya? Manusia rentan salah dan khilaf, hingga kita lupa akan bersabar dan
lupa akan adanya pertolongan Allah di setiap kesulitan. Sungguh suatu
kenikmatan yang Allah berikan di setiap detik, menit dan semuanya Allah berikan
yang terbaik untuk kita.
Kita
terkadang lupa dengan nikmatnya menghirup udara pagi, makan pagi, mandi dengan
segarnya air yang mengalir, hangatnya mentari. Semua itu ada karena Allah yang
menciptakan untuk kita. Kita anggap semua yang ada di sekitar kita adalah hal
yang sepele saja, hingga berlalu begitu saja. Saat ketidaknyamanan kita dapati
hanyalah keluhan yang keluar dari diri kita. Kita sebenarnya mampu untuk lebih
baik dari itu semua. Saat penciptaan manusia pada awalnya adalah sebagai
seorang khalifah di dunia ini maka, jadilah agen penyelamat atas semua nikmat
yang ada.
Allah
memberikan nikmat-Nya dengan sangat luar biasa. Kesyukuran saat kesulitan datang
dan kesabaran saat keterpurukan memang bukan hal yang mudah. Tapi Allah
memberikan kondisi itu adalah untuk jelas agar kita sabar, ikhlas dan tabah di
dalamnya. Semua adalah paket nikmat yang Allah berikan untuk kita, yang perlu
disyukuri dan dinikmati dengan apapun bentuknya yang kita terima saat itu.
Saudaraku..
Yang
menginginkan untuk membela agama Allah di muka bumi ini…
Yang
menginginkan syahid dijalan-Nya
bersabarlah…
Kuatkan
kesabaran dan keikhlasan, meski tercabik tubuh dan sakit tak terkira melanda
diri ini. Tetaplah bersabar dan selalu dalam barisanmu, lebih mulia diri kita
mati dalam keadaan terluka dijalan Allah daripada mati dalam keadaan santai di
rumah tanpa memikirkan umat ini. Gelar syuhada itu lebih indah disandang, lebih
nikmat dirasa, dan lebih terasa syahdunya cinta.
Saudaraku…
Dalam
ketaatan kita kepada Allah maka kita akan memiliki kekuatan yang lebih hebat
daripada para musuh-musuh Allah. Kita akan kuat, kokoh dan mampu menyelesaikan
semua urusan kita dengan izin Allah. Sungguh kita lemah dan dhaif tanpa bantuan
Allah. Mendekatlah semakin dekat dengan-Nya hingga kita rasakan indah dan kuat
cinta-Nya untuk kita.
Dan
saat ujian dalam dakwah itu datang kepada kita, sesungguhnya itu adalah media
dialog Allah dengan kita akan arti sabar, istiqamah dan setia untuk tetap
berjalan dan berbaris dalam membela agama-Nya. Semua itu untuk menguji militansi
kita dijalan dakwah, saudaraku tetaplah dalam cinta-Nya. Setiap kesulitan pasti
ada kemudahan, dan tidaklah kecintaan Allah itu diwujudkan dalam ujian agar
tahu akan kekuatan kita dalam memegang janji kita kepada-Nya.
Kenikmatan
cinta terkadang kita rasakan saat ujian itu datang, saat keguncangan menerpa.
Kenikmatan itu hadir saat diri ini bermuhasabah, bercinta di sepertiga
malamnya, kala hati dan bibir ini basah menyebut nama-Nya. Rasa syukur itu
hadir kala kita merasa bahwa diri kita masih dalam cinta-Nya, dan kita memang
memerlukan Allah di setiap nafas kita. HANYA Allah sajalah yang mampu mengerti
dan menolong kita
Salah
satu warna dari pelangi cinta-Nya adalah merah. Merah berarti keberanian.
Keberanian untuk berkorban dan memberikan yang terbaik untuk yang dicintainya.
Allah SWT. Keberaniaan untuk berjihad dijalan-Nya. Itulah mengapa dalam sejarah
kehidupan, kisah cinta selalu dihiasi dengan kisah heroik. Berjuang menggapai Ridho-Nya merupakan bukti cinta dan
kasih seorang hamba kepada Rabb-nya.
Rindu
dengan cinta-Nya tidak hanya berharap. Cinta dan rindu itu memikirkan yang
dicintai. Bukan hanya kemarin dan kini. Tapi nanti. Kita berbicara tentang
cinta dan masa depan. Agar kelak yang dijalani bukan kesengsaraan dan
murka-Nya. Kita akan menemukan hari akhir.
Hari dimana seluruh ummat manusia dibangkitkan untuk dihisab dan dibalas
sesuai amal perbuatannya masing-masing. Kaum muslimin mengatakan hari akhir,
karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari itulah penghuni Surga dan
penghuni Neraka masing-masing menetap pada tempatnya. Hari itu kita akan
menyadari kebesaran-Nya. Memohon ampun kepada-Nya. Seluruh ummat manusia akan
bertemu dengan hari pembalsan. Hari pembalasan seluruh amal perbuatan manusia. Balasan
yang akan di berikan Allah SWT sangat tergantung pada jenis amal yang telah di
lakukan selama hidup di dunia. Jika amalnya baik, maka balasannya berupa pahala
dan surga, Sedangkan jika amalnya buruk,maka balasannya adalah siksa neraka.
Naudzubillah.
Cinta
akan terukir dengan indah ketika setiap langkah kita diiringi dengan Ridho-Nya.
Melangkah untuk berjihad, menghadirkan dan mensyukuri cinta kasih-Nya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh (cinta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar